Mengutip sebagian atau keseluruhan isi blog ini ke blog Anda dipersilahkan ASAL menyebut URL sumber tulisan dan/atau permanent link artikel yg dikutip. 
Komentar, saran atau pertanyaan dapat diajukan melalui bukutamu, kotak komentar blog atau email ke: blogger.indonesia@gmail.com.

Tuesday, May 24, 2011

“PEMIMPIN YANG DEMOKRATIK VS OTORITER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN”



PEMIMPIN YANG DEMOKRATIK VS OTORITER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

 




Banyak persepsi yang mengartikan apa dan siapa seorang pemimpin itu? Sebagian besar orang menganggap pemimpin adalah seorang yang berkuasa dan bertindak sesuai dengan keinginannya karena kuasanya itu, tetapi seorang pemimpin yang baik hendaklah seorang yang lebih bijaksana dan bisa mengambil keputusan yang dapat diterima oleh semua anggotanya. Hal ini sering berlaku dilingkungan kerja. Walaupun dalam suatu organisasipun seorang ketua juga dianggap sebagai pemimpin.


Gaya kepemimpinan dalam suatu perusahaan adalah suatu hal yang sangat berpengaruh dan penting. Banyak karyawan yang menghendaki seorang pemimpin yang demokratis yaitu seorang yang dalam melaksanakan fungsi kerjanya selalu memberikan berbagai kebebasan dilingkungan kerjanya, cara kerja, waktu kerja, cara pencapaian target kerja dan sebagainya. Pengaruh yang biasanya timbul dari gaya kepemimpinan yang baik dan buruk terutama terhadap kinerja karyawan. Setelah saya membaca beberapa penelitian, pada intinya gaya kepemimpinan yang baik akan meningkatkan kualitas kinerja karyawan begitu juga sebaliknya, jika seorang pemimpin itu mempunyai gaya kepemimpinan yang buruk maka akan berdampak pula terhadap kinerja yang kurang baik terhadap karyawannya.
Sebelumnya, saya singgung beberapa gaya kepemimpinan, antara lain:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi
.
Selanjutnya, apakah seorang pemimpin harus demokratis ataukah autokratis?
 autokratis sendiri adalah seorang pemimpin yang dalam melaksanakan fungsinya tetap berperilaku baik tetapi selalu tegas dan partisipatif dalam mengatur pencapaian sasaran kerja dengan cara terlebih dahulu memberikan gambaran sasaran kerja, dan hasil yang diharapkan serta bagaimana cara mencapainya, kapan harus diselesaikan, dan selau mengikuti dengan supervisi yang terjadwal.

Didalam prakteknya di perusahaan, kedua tipe kepemimpinan tersebut diatas memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Dalam memimpin dan melaksanakan fungsinya mengambil sikap “autokratis”, dimana dia mulai bekerja dengan membuat struktur pekerjaan “Who is going to do what ?”, kemudian mengadakan rapat dengan teamnya serta menjelaskan objektif apa yang akan dicapai, kemudian menjelaskan rencana metode pengerjaannya.

Sebaliknya gaya kepemimpinan yang cenderung dapat menurunkan kinerja yaitu gaya kepemimpinan yang “otoriter” yaitu seorang pemimpin yang mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan wewenang dia sendiri dan “bawahannya” harus menuruti atau mengerjakan sesuai dengan perintahnya. Hal ini sering terjadi di berbagai tempat kerja. Kebanyakan karyawan yang memiliki pimpinan yang seperti ini tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan mutu kinerjanya, karena segala apa yang mereka lakukan tidak jarang tidak memperoleh penghargaan, karena pemimpin mereka cenderung egois yang hanya mengutamakan kepentingannya tanpa memperhatikan kondisi karyawannya. Bagi seorang pemimpin yang seperti ini lebih menganggap karyawan-karyawannya sebagai “bawahan” yang harus menuruti perintah dengan keputusan sepihak. Tetapi tidak berarti gaya otoriter sepenuhnya dapat menurunkan kinerja, ada juga seorang karyawan yang dapat termotivasi karena adanya otorisasi. Contohnya karyawan yang cenderung menunda-nunda pekerjaan dan terlalu menyepelekan tugas, seorang yang seperti ini tidak jarang perlu pemimpin yang otoriter agar tugas mereka cepat selesai.

Dari pembahasan diatas terdapat perbedaan yang signifikan antara demokratik dan otoriter, dan keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan. Kesimpulannya kebebasan yang diberikan pemimpin yang demokratik adakalanya disalahgunakan oleh karyawan mereka yang tidak jarang menunda pekerjaan karena tidak ada yang mereka takuti tetapi semua ini tergantung bagaimana seorang pemimpin bersikap dan sebatas mana dia memberikan kebebasan kepada karyawan agar dia tetap di segani sebagai seorang pimpinan.